Business Model Canvas

 

Akhir 2011 suasana kelas sangat berbeda dari biasanya, ada seorang yang luar biasa, Founder sekaligus CEO dari beberapa perusahaan , Business Coach sekaligus mentor dari beberapa pengusaha memberikan materi baru yang isinya ‘Daging’ semua. Beliau mengajarkan sebuah tools yang berguna untuk mendeskripsikan blue print perusahaan, men-define produk, menggali dan membangun ide bisnis. Sebuah perangkat yang belum terlalu familiar di Indonesia pada saat itu,  Berikut saya mencoba menjabarkan alat visual tersebut yang menurut saya sangat berguna untuk entrepreneur yang masih menggunakan pendekatan tradisional untuk mendokumentasikan bisnisnya.

Business Model Canvas (BMC) hasil karya Alexander Osterwalder , sebuah perangkat analisis yang berisi 9 blok framework sederhana untuk mempresentasikan elemen-elemen penting yang terdapat dalam sebuah model bisnis, tools ini sangat berguna untuk para Entrepreneur/Startup Teknologi maupun core business lainnya, banyak yang berpendapat bahwa model bisnis kanvas eksklusif hanya bisa diaplikasikan pada teknologi, tapi menurut saya bisnis lainnya pun bisa menggunakan tools ini untuk mendeskripsikan langkah-langkah basic dalam proses lean startup nya. Metode ini sangat berguna bagi saya untuk menterjemahkan sebuah produk bagaimana produk itu bisa berjalan dan bekerja dengan cara mendesain kemudian mengerucutkan beberapa aspek bisnis menjadi satu startegi bisnis yang utuh sehingga dapat memetakan alur bisnis yang lebih simple dan efektif.

d4c4fc05af26893598da71e101d4b405

Banyak calon Entrepreneur yang mem-validasi ide bisnisnya dengan pendekatan tradisional, memulainya dengan cara menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk  sekadar mencari banyak informasi sebagai bahan penulisan rencana bisnis 40-50 halaman,  berpikir keras sekeras-kerasnya agar produknya reliable, dan biasanya ditengah jalan selalu ada perubahan yang mengharuskan entrepreneur memodifikasi secara signifikan business plan nya, tidak cukup disitu, setelah dijalankan apabila ada sesuatu yang salah maka perubahan puluhan halaman dengan paragraf panjang pun tidak bisa dihindarkan, bahkan ada yang tidak berarti apa-apa pada akhirnya. Tentunya ini sesuatu yang tidak efisien menyebabkan banyak waktu terbuang sehingga kemampuan untuk mendapatkan feedback dari market atau pelanggan atau mitra potensial sangat terbatas karena entrepreneur perlu untuk menyelesaikan semua business plan 40-50 halaman dulu, saya pun pernah mengalami proses yang membosankan tersebut demi untuk menghasilkan sebuah Business Plan Formal yang berorientasikan produk.

BMC cukup mudah dan sederhana untuk dijadikan metode awal dalam memvalidasi ide bagi siapa saja para calon entrepreneur tidak hanya untuk ‘kaum’ Intelektual. BMC membuat entrepreneur mempunyai waktu lebih lama dalam mengeksekusi bisnisnya, bisa tetap fokus pada value creation, dan belajar sebanyak mungkin di tengah-tengah market sehingga tidak buang waktu dalam membuat rencana bisnis puluhan halaman, cukup satu halaman yang mencakup 9 building blocks antara lain:

  • Customer Segments
  • Value Proposition
  • Channel Distribution
  • Customer Relationship
  • Revenue Streams
  • Key Resources
  • Key Activities
  • Key Partners
  • Cost Structure

Ada beberapa pendapat cara memulai men-define model kanvas, ada yang memulai dari Customer segment ada juga yang memulai dari Value Proposition, ini tergantung bagaimana model bisnis yang akan dijalankan. Saya cenderung lebih memilih memetakan BMC dari Costumer Segments terlebih dulu. Untuk lebih jelasnya bagaimana mendeskripsikan kesembilan blok BMC berikut saya lampirkan video, selamat menyaksikan

 

“Be more innovative. Stop wasting People’s time. Be more succesfull”